Mengabdi 10 Tahun Jadi Anggota Dewan, Saya Pamit
Oleh Ginda Ferachtriawan (Anggota DPRD Surakarta)
Saya akan genap menjadi anggota DPRD Kota Surakarta selama 10 tahun tepat pada 13 Agustus 2024 mendatang. Artinya, pengabdian saya sebagai wakil rakyat di Kota Bengawan tinggal 8 bulan lagi.
Semula saya mengira menjabat sebagai anggota DPRD Surakarta selama 2 periode itu kurang lama. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu sepanjang nyaris 10 tahun pengabdian saya sebagai wakil rakyat itu saya anggap cukup.
Saya sah dilantik menjadi anggota DPRD Surakarta untuk kali pertama pada 14 Agustus 2014 atau sekitar 9 tahun lalu. Pada periode pertama (2014-2019) ini saya masih banyak berpikir soal idealisme di dunia politik. Bagaimanapun ini merupakan pengalaman pertama saya menjadi anggota dewan.
Pada perjalanannya, idealisme yang saya miliki ini apabila tidak dibarengi pemahaman tentang urusan administrasi pemerintahan, tugas legislatif, eksekutif, alat kelengkapan DPRD hingga kepiawaian lobi-melobi sebagai komunikasi politik, ternyata tidak cukup.
Saya pun menyadari apabila mengandalkan kemampuan yang saya miliki soal politik saja tidak cukup. Ternyata menjadi anggota dewan juga harus disibukkan dengan urusan protokoler.
Sebagai contoh, curhatan hingga aspirasi dari warga tak segampang itu untuk diwujudkan. Dalam hal ini, butuh perjuangan dan melihat kondisi pemerintah kota sendiri. Pengetahuan dan teori jika tak diimbangi dengan kemampuan berpolitik, maka tidak akan membuahkan hasil.
Di masa itu boleh dibilang Kota Surakarta tinggal melanjutkan apa yang sudah dibangun Pak Joko Widodo (Presiden RI sekarang) dan Pak Rudy (FX Hadi Rudyatmo). Setelah era Jokowi sebagai Wali Kota memimpin Surakarta, Pak Rudy tinggal memperkokoh pondasi khususnya di bidang infrastruktur.
Contohnya, di bidang kesehatan program Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Surakarta (PKMS). Di infrastruktur Pak Rudy merevitalisasi sekolah hingga pasar. Dengan demikian, Surakarta berubah menjadi kota yang lebih modern.
Sebagai anggota dewan, tentunya saya mendukung penuh kebijakan eksekutif (Pemkot Surakarta) demi kebaikan warganya. Program ini ternyata sukses besar, bahkan beberapa program di antaranya diadopsi pemerintah pusat.
Selanjutnya pada periode kedua saya menjabat sebagai anggota dewan dan berbarengan dengan akhir kepemimpinan Pak Rudy, pandemi covid-19 datang. Pandemi inilah yang membuyarkan sederet program Pemkot Surakarta. Akibatnya, anggaran di semua OPD harus di-refocusing demi menangani pandemi covid-19. Kondisi ini diperburuk dengan PAD Kota Surakarta yang turun, dari 118,52% pada tahun 2020 menjadi 99,66% pada tahun 2021.
Keadaan pandemi ini belum membaik meski ada alih kepemimpinan dari Pak Rudy ke Mas Wali (Gibran Rakabuming Raka) pada tahun 2021. Meski saat itu beban Pemkot Surakarta tak seberat tahun sebelumnya. Alhamdulillah, di tahun 2022 kondisi covid-19 membaik, sehingga Mas Wali dan Pemkot Surakarta mulai gaspol menata kembali apa yang tertinggal karena pandemi.
Setelah itu tepatnya pada Oktober 2022, Mas Wali mulai pamer 10 proyek prioritas yang dibangunnya di Surakarta. Kini fokus pembangunan di Surakarta bertambah menjadi 17 proyek skala prioritas.
Salah satunya adalah pembangunan Masjid Sheikh Zayed Solo yang sukses menyedot 50.000 pengunjung per hari di akhir tahun 2023. Bahkan jumlah kunjungan ini melebihi wisatawan yang datang ke Candi Borobudur di Magelang.
Gaya kepemimpinan Mas Wali yang notabene anak muda dengan style gaspol dan satset merubah wajah dan image Surakarta atau Solo. Kota ini kini tak cuma dikenal sebagai tempat lahir Presiden Jokowi, tapi juga dicap sebagai kota ternyaman oleh Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia (IAPI).
Selain itu, Surakarta juga menjadi kota paling toleran nomor 4 dalam indeks kota toleran oleh Setara Institute pada tahun 2022. Capaian ini tak terlepas dari cara Mas Wali yang memimpin Solo hingga caranya berinteraksi khususnya di media sosial.
Bagaimanapun faktor usia tidak bisa dipungkiri. Mas Wali yang baru berusia 36 tahun tergolong generasi milenial. Tentunya ini membuat sosoknya dekat dengan milenial hingga Gen Z yang mendominasi demografi di Indonesia.
Apalagi di masa-masa jelang Pemilu 2024 mendatang. KPU mencatat Pemilu 2024 didominasi pemilih muda berusia 17-40 tahun. Jumlah pemilih muda sekitar 107 juta orang atau 53%-55% dari total jumlah pemilih.
Proporsinya adalah pemilih pemula (berusia 17 tahun) sampai dengan usia 39 tahun hingga 40 tahun, yakni sekitar 53% sampai 55% dari total jumlah pemilih di Indonesia. Ini tahun politik bagi anak muda di Indonesia, begitu juga di sini (Surakarta).
Sedangkan di Kota Surakarta, KPU Surakarta mencatat jumlah pemilih muda pada Pemilu 2024 mendatang sekitar 47,3% (per Mei 2023). Jumlah ini dengan rentang usia 17-40 tahun, yang artinya adalah milenial dan Generasi Z. Adapun pemilih pemula di Surakarta ada 1,7% atau sekitar 7.550 pemilih dari total 441.385 pemilih sementara.
Di setiap saya berjumpa dengan anak muda di berbagai forum, saya kerap menyampaikan kalau dulu (era Orde Baru) saat pemilu kita mungkin sudah tahu siapa yang akan jadi presiden.
Namun demikian, sekarang ini presiden terpilih berkat partisipasi pemilih. Perlu diketahui, nantinya Pemilu 2024 pemilih didominasi anak muda. Maka dari itu, para calon legislatif khususnya yang muda semestinya sadar betul bagaimana tugasnya nanti. Tentunya mereka mesti memahami tugas pokok dan fungsi sebagai legislatif hingga seni berpolitik di masa kini.
Sekarang ini sudah banyak spanduk dan MMT (bahkan masih ditempel di pohon) bertebaran dari para caleg dalam upaya memperkenalkan dirinya jelang Pemilu 2024. Sosialisasi model begini nampaknya masih dianggap paling efektif dibandingkan penggunaan teknologi informasi.
Padahal adanya perubahan zaman hingga perkembangan informasi dan teknologi harus terus diikuti. Maka dari itu, cara-cara berpolitik juga patut diperbarui demi regenerasi yang tetap harus jalan.
Sayang, pada Pemilihan Legislatif (Pileg) 2024 mendatang saya kemungkinan tak bisa lagi menjadi legislatif. Meskipun begitu, bagi saya 2 periode menjadi anggota DPRD itu sudah cukup ideal. Menurut saya, sebaiknya periode jabatan sebagai anggota DPRD turut dibatasi ke depannya.
Mungkin bagi partai, pengabdian saya selama 10 tahun dianggap belum sesuai ekspektasi. Apapun itu, saya ucapkan selamat mengabdi bagi para caleg baru khususnya anak muda. Tetap vokal, berani bersuara, serta terus berbuat baik untuk masyarakat.
Bagaimana pun ketika sudah menjadi anggota dewan, kita tak cuma mewakili pemilihnya, tetapi semua warga Surakarta. Selamat berjuang!