Setelah Nanti Mas Wali Naik Kelas, Mau Dibawa ke Mana Solo?
Pemilu 2024 yang digelar pada Rabu, 14 Februari 2024 lalu tampaknya terlaksana cukup lancar, meski masih ada beberapa dinamika di masyarakat. Dalam pemilu kali ini, ada sebanyak 204 juta (204.807.22) pemilih yang ditetapkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai Daftar Pemilih Tetap (DPT). Dari jumlah sebanyak itu, sekitar 56,45% didominasi pemilih milenial dan generasi Z (Gen Z). Artinya, generasi milenial dan Gen Z ini ada sebanyak 113 juta pemilih.
Menurut survei Litbang Kompas, sebanyak 96,4 responden mengaku pasti datang ke tempat pemungutan suara (TPS) untuk mencoblos pemilihan presiden (pilpres) maupun pemilihan legislatif (pileg) pada Pemilu 2024 ini. Apabila memang terjadi, maka generasi milenial dan Gen Z berperan signifikan dalam pemilu tahun ini.
Dari hasil quick count yang dilakukan sejumlah lembaga survei, dapat kita ketahui kalau pasangan calon presiden (capres) nomor urut 2 Bapak Prabowo Subianto dan Mas Gibran (Rakabuming Raka) memimpin perolehan suara di atas 50%. Jika demikian, maka kemungkinan Pilpres 2024 akan berlangsung 1 putaran. Akan tetapi, kita tetap harus menunggu hasil resmi dari real count KPU.
Namun, bolehlah kita berandai-andai terlebih dahulu pasangan calon (paslon) nomor 2 yang menang dalam Pilpres 2024 (Prabowo-Gibran). Ini berarti Mas Gibran yang saat ini menjabat sebagai Wali Kota Solo akan menjadi Wakil Presiden (Wapres) Republik Indonesia. Ini sungguh lompatan yang luar biasa bagi seorang politikus muda.
Saya kira, fenomena ini tidak jauh berbeda dengan tim sepak bola Persis Solo yang dulu berada di Liga 2 lalu ketika ditangani anak muda langsung berhasil naik kelas ke kompetisi sepak bola kasta tertinggi Indonesia Liga 1. Maka, Mas Gibran yang tadinya berada di tingkat kota (wali kota) akan berlaga di tingkat nasional (wapres).
Sebagai seorang yang mengenal Mas Gibran dari sebelum menjadi wali kota sampai saat ini, saya berharap nantinya dia akan dapat membuat lompatan yang jauh lebih besar di level nasional. Hal ini tidak berbeda jauh ketika dia berperan sebagai wali kota membangun Kota Solo.
Saya memperhatikan gaya dan strategi yang telah dilakukan Mas Gibran selama ini dalam memimpin Kota Solo. Mungkin ada yang belum maksimal, tapi harus diakui cara Mas Gibran memang selalu berbeda.
Sebagai contoh, Taman Balekambang yang baru saja dipakai untuk merayakan Hari Jadi ke-279 Kota Solo ternyata tak sekadar direvitalisasi. Akan tetapi, ruang terbuka hijau (RTH) di Kota Bengawan ini justru semakin hijau dengan adanya penanaman 1.000 batang pohon baru.
Penghijauan ini membuat Taman Balekambang yang memiliki luas sekitar 12,8 hektare (ha) dengan RTH 71% menjadi 74% atau naik 3%. Pembangunan yang seperti inilah yang diperlukan ke depannya, yakni tetap memperhatikan ruang publik dan ruang hijau. Ruang seperti inilah yang dijadikan tempat berkumpulnya masyarakat dan berinteraksi dengan udara yang sehat.
Pembangunan kota jangan hanya mengedepankan pembangunan fisik, tetapi harus mampu menjadi rumah bagi semua warganya. Dengan demikian, jurang antara yang kaya dan miskin jangan semakin jauh, begitu juga dengan sektor formal dan informal.
Perkembangan kota alangkah baiknya jangan melebar seolah tanpa batas (urban sprawl), namun pemerintah kota (pemkot) sebagai pembuat kebijakan harus mampu menyediakan pelayanan dan sarana bagi semua warga.
Kita tahu pembangunan daerah tengah dilakukan dengan sebaik mungkin, tapi jangan lupa dengan komitmen global masyarakat dunia, yaitu tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs). Selain itu, pembangunan juga mesti berkonsep New Urban Agenda dengan prinsip utama Leave No One Behind. Meskipun, hal ini tidak bisa dihindari akibat kemajuan teknologi dan informasi.
Contoh lainnya, sejumlah kawasan di Kota Solo kini bertambah fungsinya. Misalnya, Stadion Manahan Solo yang sekarang tak hanya dibuka pada pagi hari, tetapi juga malam hari. Area ini kini berubah menjadi kawasan untuk berolahraga favorit bagi masyarakat.
Begitu pula dengan kawasan di sepanjang Jalan Gatot Subroto Solo yang juga bertambah fungsinya. Area ini menjelma menjadi destinasi wisata baru di Solo, di mana para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dan ekonomi kreatif lainnya berkumpul khususnya pada Jumat sampai Minggu malam.
Ada beberapa catatan yang perlu dikerjakan di Kota Solo, di antaranya adalah penegakan regulasi yang belum maksimal. Misalnya, masih banyak tempat seperti rumah makan dan restoran yang belum menyediakan tempat bagi para perokok. Selain itu, masih banyak trotoar dipakai untuk berjualan. Nah, yang berjualan ini ternyata bukan para pedagang kaki lima (PKL), tetapi justru para pemilik bangunan.
Kita juga masih menemukan banyak reklame rokok di dekat sekolah-sekolah di Solo. Padahal sesuai amanat peraturan daerah (Perda) Reklame No 3 Tahun 2023 dan SK Wali Kota No 128.2/134.1 Tahun 2023 terkait radius reklame rokok di sekitar sekolah dan jalan-jalan sebenarnya sudah ada. Apalagi Solo terus mengejar predikat sebagai Kota Layak Anak yang selama 6 tahun ini berada di predikat utama.
Jangan lupa selain pilpres, kita di akhir tahun akan mengadakan pemilu kepala daerah (pilkada) pada November 2024 mendatang. Kita berharap akan muncul banyak anak
muda yang berani tampil untuk mengeluarkan ide dan gagasan untuk membangun kotanya. Bagaimana pun pemilih nanti juga akan didominasi anak muda sehingga merekalah yang paling tahu apa yang paling tepat untuk kotanya.
Saya berharap dalam waktu yang tinggal sebentar ini, sebelum Mas Wali naik kelas bisa menuntaskan semua programnya di Solo. Sambil menunggu hasilnya, mari kita kawal bersama sambil ngopi di wedangan, setuju?